Sunday, March 29, 2009

Madu yang pahit?

Saya hanya mampu tersenyum kelat mendengar alasan cliche para suami yang berhajat ingin bernikah lagi. Memandangkan prinsip saya cukuplah Al-Quran dan Sunnah menjadi panduan hidup memanglah sepatutnya saya terimanya juga jika ditakdirkan mengalaminya.

Tapi yang menghairankan (mungkin saya sorang je yang hairan, orang lain tak agaknya)... manusia nampaknya gemar benar mengambil sunnah dan ajaran Al-Quran yang mana yang diminati dan memenuhi seleranya saja...

"Agama Islam dah benarkan suami nikah empat". Kadang-kadang timbul juga jawapan jahat dari sudut hati saya... "Hmm... agaknya kalau dibenarkan nikah 10 mahu dibolotnya juga semua!" :)



Semoga para suami yang berhajat untuk bernikah lebih dari satu mengambil sunnah dan ajaran Al-Quran secara TOTAL supaya isteri-isteri dan anak-anak tak makan hati... Bimbang-bimbang yang diharapkan ganjaran pahala, silap-silap dosa pula yang bertambah kerana tak sedar bahawa diri sebenarnya tak mampu membimbing kesemua isteri dan anak-anaknya sebagaimana firman Allah s.w.t, “Wahai orang-orang yang beriman! Peliharakanlah dirimu dan keluargamu dari azab api neraka, yang bahan bakarnya adalah terdiri daripada manusia dan batu, penjaga-penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak menderhakai ALLAH terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (At-Tahrim : Ayat 6)

Agak-agak saya memang berat sebenarnya tanggungjawab beristeri ramai ni maka sebab itulah jarang-jarang benar kita mendengar atau melihat alim ulama bernikah ramai.

Jadi cukupkah beristeri satu...???

Tertarik dengan petikan kata-kata...
“karena kita bukan Nabi, istri kita pun bukan Aisyah, maka jangan coba-coba berpoligami” (Ustadz Cahyadi Takariawan, BAHAGIAKAN DIRIMU DENGAN SATU ISTRI halaman 238)

”Jagalah istri, jangan kau sakiti. Sayangi istri, amanah Ilahi. Bila diri kian bersih, satu istri terasa lebih. Bila bisa jaga diri, tidak perlu menikah lagi. Bila suami berpoligami, dakwah akan terbebani. Demarketing menjadi-jadi, dakwah bisa dibenci…."
~ Ustadz Cahyadi Takariawan ~

No comments: